Bahaya Dibuai Zona Nyaman

Biasanya jika Anda mau mengetahui kondisi dari shopfloor atau lantai kerja di perusahaan Anda, yang Anda lakukan adalah bertanya, “Bagaimana, Piye, Amankah?””, dan pastinya akan dibalas dengan kata-kata yang sangat familiar, yaitu “AMAN TERKENDALI 86, Pak!. Oke, kondisi aman terkendali dan Anda bisa santai mengurus pekerjaan yang lain. Tiba-tiba di sore hari, downtime terjadi dan kondisi yang pada awalnya aman terkendali menjadi genting tak terkendali. Apakah hal ini terdengar akrab?

Inilah yang disebut sebagai “Illusion of No Problem”. Situasi di mana kita tidak dapat melihat masalah karena sudah ‘terbiasa’ dengan kondisi yang ada, sehingga terkesan semua aman terkendali dan baik-baik saja. Namun hal ini bisa jadi pertanda dari rendahnya tingkat kesadaran terhadap suatu masalah. Hal ini nampaknya sangat lumrah kita temukan dalam kondisi perindustrian di Indonesia. Seakan-akan sudah biasa dengan hal ini yang pada akhirnya menyebabkan ketidakpedulian terhadap pekerjaan.

Bayangkan sekarang anda adalah pemimpin proyek dari pembangunan monumen Garuda Wisnu Kencana di Bali. Sebuah proyek pembangunan monumen tembaga terbesar di dunia yang akhirnya menjadi kebanggaan bagi negara Indonesia. Lalu, Anda bertanya kepada tiga pekerja proyek tersebut mengenai apa yang mereka lakukan pada pekerjaan mereka. Jawab pekerja pertama, “Ya ini toh, cuma ketok-ketok tembaga lalu disusun”. Kemudian pekerja kedua menjawab, “Saya sedang menyusun tembaga agar bangunan kuat.” Terakhir, pekerja ketiga menjawab, “Saya sedang membangun monumen dari tembaga yang pada akhirnya akan menjadi patung terbesar di dunia.”

Dari ketiga jawaban tersebut, pekerja manakah yang paling peduli terhadap pekerjaannya? Kita bisa simpulkan bahwa pekerja ketiga adalah pekerja yang paling peduli terhadap apa yang dia kerjakan, karena ia tahu apa tujuannya bekerja dan pastinya tidak asal “aman terkendali” saja.

 

Hilangnya Esensi dari Continuous Improvement

Continuous Improvement dimulai dari suatu penyimpangan terhadap standard yang ditetapkan. Dari penyimpangan tersebut muncullah problem atau masalah. Jika setiap member (pekerja) tidak peka terhadap masalah yang ada di tempat kerja karena memiliki mindset “semua aman terkendali” maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk berkembang dan bersaing. Mereka hanya melakukan rutinitas keseharian dan memperbaiki masalah hanya secara reaktif, bukan menyelesaikan masalah secara preventif dan berinovasi.

Jika kedua hal yang disebutkan di atas sudah menjadi budaya pada suatu perusahaan, maka cepat atau lambat, perusahaan tersebut tidak akan mampu memenuhi permintaan pelanggan yang menuntut banyak perubahan. Banyak sekali contoh yang dapat disebutkan dari beberapa perusahaan yang gagal dalam melihat masalah. Contoh yang masih lekat dalam ingatan kita adalah saat perusahaan jamu Nyonya Meneer, sebuah perusahaan ‘senior’ yang akhirnya pailit karena gagal berinovasi.

Illusion of No Problem bukanlah ‘penyakit’ yang tidak dapat disembuhkan. Dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, perusahaan Anda akan mampu beranjak dari kedua masalah di atas. Bagaimana cara agar perusahaan Anda dapat bertumbuh? Kami telah menyusun 5 hal yang dapat dilakukan untuk dapat membuka pintu inovasi. Baca artikel selengkapnya melalui link berikut: https://pqm.co.id/4-strategi-menghadapi-illusion-of-no-problem-di-tempat-kerja/ (Bersambung)

Related posts