Coba kita lakukan tes berikut ini : renungkan ada berapa banyak ucapan terima kasih yang kita berikan pada orang lain selama satu hari penuh, mulai dari awal bangun pagi sampai menjelang tidur malam. Dapat dipastikan hampir dari setiap kita setiap harinya pernah mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang kita temui, entah itu keluarga kita sendiri, rekan kerja maupun orang asing yang kita tidak kenal. Ucapan terima kasih ini menjadi tanda betapa kita bersyukur atas PELAYANAN yang telah diberikan orang lain pada kita.
Betapa hal ini menunjukkan bahwa pelayanan merupakan aktivitas keseharian yang sering kita lakukan maupun sering kita terima. Dengan kata lain, Service adalah sebuah GAYA HIDUP yang selalu tampak dalam keseharian kita. Gaya hidup yang menunjukkan pribadi pelakunya. Gaya hidup yang mencerminkan konsistensi sikap positif dalam berhubungan dengan orang lain. Mari kita cermati bahwa “Service” bukanlah hanya mengenai nama dari suatu Departemen dalam Organisasi yang bertugas melayani pelangan, namun “Service” juga adalah sebuah SIKAP dan GAYA HIDUP yang perlu tercermin secara asli dari setiap elemen karyawan dalam Organisasi.
Petugas frontliner / customer service akan mampu memberikan pelayanan yang positif jika keramahan, kesopanan, dan senyum ketulusan telah sungguh menjadi kebiasaan dalam kesehariannya yang tumbuh berkembang dalam wadah budaya Organisasi yang positif.
Departemen After Sales Service akan mampu memberikan pelayanan positifnya dengan optimal jika mereka secara berkesinambungan senantiasa menerima sikap positif dari Manajemen dalam upaya memberikan pelayanan optimal pada pelangggan.
Karyawan bagian Service helpdesk akan mampu menangani keluhan pelanggan dengan baik jika kepedulian, empati, ketegasan, keceriaan dalam bersikap telah menjadi gaya hidup tak terpisahkan dalam keseharian perilaku karyawan yang diteladankan oleh pemimpinnya.
Karyawan akan mampu memberikan pelayanan internal antar departemen dengan saling pengertian yang utuh jika kebersamaan dan pengutamaan kepentingan organisasi telah menjadi sikap mental yang sungguh-sungguh terinternalisasi dalam budaya pelayanan organisasi.
So, pesannya tampak jelas: budayakan dan kembangkan “Service” sebagai sebuah gaya hidup di dalam organisasi maka kepuasan pelanggan akan semakin meningkat dan loyalitas pelanggan akan semakin terbangun.
Pelayanan adalah sebuah gaya hidup. Ia tidak hanya tampak pada perilaku di tempat kerja, namun juga tampak dari bagaimana kita memperlakukan orang-orang sekitar, terutama orang terdekat kita.
Pelayanan adalah sebuah gaya hidup. Ia tidak hanya tampak saat berhadapan dengan customer yang “mudah”, tapi terutama ia akan tampak jelas saat harus berhadapan dengan customer yang “sulit”
Pelayanan adalah sebuah gaya hidup. Ia tidak hanya tampak saat suasana mood diri berjalan baik, tapi terutama ia akan tampak jelas saat diri sedang enggan dan rasa malas menghinggap.
Pelayanan adalah sebuah gaya hidup. Ia tidak hanya tampak saat segala prosedur layanan dilakukan, namun terutama ia akan tampak jelas saat harus melakukan langkah ekstra pelayanan yang beresiko.
Pelayanan adalah sebuah gaya hidup. Ia tidak hanya tampak menarik saat selesai mengikuti pelatihan, namun terutama ia akan tampak jelas saat dalam keseharian menghadapi berbagai “ujian” kepuasan pelanggan.
Mari kita pastikan bahwa Pelayanan adalah bagian dari gaya hidup kita yang tercermin secara nyata dalam perilaku keseharian dalam berhadapan dengan customer, keluarga, rekan kerja maupun orang-orang sekitar.
PQM Consultants menyelenggarakan workshop Service Excellence Skills pada tanggal 27-28 November 2019 dalam bentuk Public Training, informasi lebih lengkap dapat Anda simak di sini.