Kirim Paket Pakai Robot? Ini 5 Perusahaan yang Sudah Melakukannya!

Munculnya teknologi baru yang kita sebut ADR telah merevolusi sistem pengiriman, memungkinan pengiriman yang lebih murah dan efisien. Meskipun ADR belum banyak diadopsi di seluruh dunia, kita kemungkinan akan segera melihat banyaknya perusahaan yang menggunakannya di masa depan, karena berbagai keuntungan yang ditawarkan.

Pengiriman otonom sedang jadi tren. Sebuah laporan oleh McKinsey baru-baru menunjukkan bahwa kita akan segera mendiami dunia di mana 80 persen dari semua paket akan dikirimkan oleh kendaraan otonom.

Penelitian lainnya memperkirakan bahwa tarif pengiriman barang kepada pelanggan (last mile delivery) secara global setiap tahunnya mencapai $86 miliar (sekitar Rp1,2 kuadriliun), dan menjadi jauh semakin mahal dari tahun ke tahun. Inilah yang kemudian memancing munculnya robot pengiriman otonom atau automatic delivery robot (ADR), yang memungkinkan pengiriman jauh lebih mudah, murah dan efisien.

Sementara beberapa otoritas lokal di Amerika Serikat tidak yakin apakah mereka harus mengizinkan robot-robot untuk bebas berkeliaran di jalan-jalan kota, kita tahu bahwa itu hanya masalah waktu sebelum aturan pemerintah dibuat untuk mendukung teknologi baru ini.

Misalnya, pada bulan Desember 2017, kota San Francisco melarang robot pengiriman melintas di trotoarnya, memaksa beberapa perusahaan untuk menguji coba robot mereka di kota-kota lain. Alasannya, banyak warga kota mengeluhkan tentang keselamatan saat robot seukuran mesin fotokopi berkeliaran di trotoar untuk mengantarkan makanan.

Untuk saat ini, universitas, serta organisasi lain seperti hotel, bandara, dan perusahaan besar dengan lahan sendiri seperti pabrik misalnya, memiliki peluang untuk ADR dalam jumlah yang relatif besar untuk mengirimkan barang-barang seperti barang logistik, dokumen, perangkat dan barang-barang lainnya untuk karyawan, siswa dan tamu.

Sementara itu, beberapa perusahaan retail dan pengiriman di AS dan Eropa sudah mulai memanfaatkan teknologi ADR. Salah satunya adalah Starship, yang menggunakan robot berbasis darat untuk  mengirimkan pizza di beberapa kota di Eropa. Tak hanya Starship, Amazon juga sudah menggelontorkan dana untuk mengembangkan robot pengiriman berbasis udara dan darat. Karenanya, tak heran jika sebentar lagi kita akan melihat robot-robot pengantar paket berkeliaran di jalanan.

 

Mengapa beralih kepada robot?

Biaya tinggi dan inefisiensi jarak tempuh dalam pengiriman menjadi alasan utama perusahaan melakukan otomatisasi, dengan pasar pengiriman otonom tampak siap untuk pertumbuhan eksponensial di tahun-tahun mendatang.

Berikut ini beberapa solusi robot pengiriman yang sedang dikembangkan dan diuji baru-baru ini:

 

1) Amazon Prime Air

Amazon Prime Air adalah sistem pengiriman yang dikembangkan oleh Amazon yang dirancang untuk mengirimkan paket dengan aman kepada pelanggan menggunakan kendaraan udara tak berawak (alias drone).

Dengan sistem ini, pelanggan dapat memilih dari pilihan barang-barang di gudang Amazon di dekat rumah mereka dan hanya beberapa saat setelah mereka memesan, sebuah pesawat tak berawak Amazon terbang melalui trek otomatis, menuju ke tujuannya (lokasi penerima paket) dengan sendirinya.

Terbang dengan ketinggian sekitar 121 meter, mampu membawa paket hingga 2,3 kilogram, dipandu oleh GPS dan menggunakan apa yang disebut teknologi “‘sense-and-avoid,” drone ini mengirimkan paket dalam waktu kurang dari 30 menit. Amazon mengirimkan paket melalui udara untuk pertama kalinya pada Desember 2016, di Cambridge, Inggris, dan mereka berencana untuk memperluas uji coba mereka secara lebih luas.

 

2) Starship

Starship didirikan oleh Ahti Heinla dan Janus Friis, dua anggota tim yang memprakarsai Skype. Tujuan mereka adalah untuk membuat pengiriman barang kepada pelanggan menjadi “tanpa biaya, tanpa waktu tunggu dan tanpa dampak lingkungan” dengan robot pengiriman otonom elektrik yang aman dan praktis.

Starship adalah salah satu perusahaan pengiriman otonom paling maju dengan kantor di Inggris, Estonia, Jerman dan AS. Mereka mengklaim bahwa robotnya telah mengirimkan barang kepada lebih dari 12 juta orang di lebih dari 100 kota di seluruh dunia, dan saat ini memiliki sekitar 100 robot yang dikerahkan di delapan kota di Eropa dan AS.

Klien Starship termasuk Domino’s Pizza, yang sudah menggunakan robot Starship untuk sebagian kecil dari pengiriman makanan cepat saji di Jerman dan Belanda. Heinla dan Friis mengatakan bahwa jumlah robot mereka di jalanan akan meningkat dengan cepat, sehingga biaya produksi akan turun.

 

3) FedEx SameDay Bot

FedEx secara resmi mengumumkan FedEx SameDay Bot, ADR terbaru yang katanya dapat membantu membuat pengiriman “last mile” lebih efisien.

SameDay Bot bertenaga baterai, memiliki kecepatan tertinggi 10 mph, dan otonom, yang berarti dapat mengarahkan dirinya sendiri di sekitar pejalan kaki dan di sela-sela lalu lintas menggunakan kombinasi sensor LIDAR seperti yang ditemukan di mobil self-driving dan kamera pada umumnya.

FedEx mengatakan awalnya akan menggunakan bot untuk mengirim paket antara kantor perusahaan di kantor pusatnya di Memphis (menunggu persetujuan dari pemerintah setempat). Tetapi jika percobaan ini berhasil, ia ingin memperluas layanan kepada perusahaan lain dan pengecer, akhirnya menjadikan robot bagian standar dari layanan pengiriman same-day-nya.

Perusahaan tersebut mengatakan saat ini sedang berunding dengan beberapa perusahaan lain seperti AutoZone, Lowe, Pizza Hut, Target, Walgreens, dan Walmart, untuk menilai kebutuhan mereka akan pengiriman robot semacam ini. Rata-rata, kata FedEx, lebih dari 60 persen pelanggan mereka tinggal dalam jarak tiga mil dari toko—kisaran sempurna untuk ditempuh robot beroda kecil.

 

4) JD.com

Jingdong, atau JD.com, perusahaan e-commerce terbesar kedua di China setelah Alibaba, telah merancang dan mengembangkan robot ADR berbasis darat dan beroda empat yang mengirimkan barang pertama mereka pada Juni 2017. Droid putih mereka dapat membawa lima paket sekaligus dan melakukan perjalanan hingga 20 kilometer saat terisi penuh.

ADR mereka dapat mendaki tanjakan 25 derajat, dan menemukan rute terpendek dari gudang ke tujuan, dan mengirim pesan teks kepada penerima pada saat sudah tiba di tujuan. Pengguna dapat menerima pengiriman melalui teknologi pengenalan wajah atau dengan menggunakan kode.

JD telah mengurangi biaya pembuatan robot-robot ini, dan saat ini juga sedang menguji jaringan pengiriman drone terbesar di dunia, termasuk drone terbang yang membawa produk berbobot metrik ton, atau sekitar 2.200 pon.

 

5) Nuro

Nuro didirikan oleh dua mantan insinyur Google, Dave Ferguson dan Jiajun Zhu, yang sebelumnya bekerja di proyek mobil self-driving Google. Mereka merancang kendaraan pengantar kecil yang dapat dikendarai sendiri yang akan melakukan perjalanan di jalan dan fokus pada pengiriman berkecepatan rendah, untuk melayani pengiriman lokal. Barang yang dikirim berupa bahan makanan, pekerjaan binatu, paket atau pesanan take-out pelanggan.

Alih-alih mengadaptasi desain kendaraan yang ada agar sesuai dengan model mereka, insinyur mereka malah membangun sesuatu yang sama sekali baru. Prototipe pertama Nuro memiliki semacam “pegangan” di bagian atap yang berfungsi sebagai platform untuk berbagai sensor kendaraan—termasuk LIDAR, kamera, dan radar.

Robot pengiriman yang mengemudi sendiri ini sudah tak membutuhkan semua komponen dalam mobil yang normal—seperti setir dan tempat duduk mengemudi—dan berarti ruang dalam kendaraan dapat didedikasikan hanya untuk loker pengiriman.

Nuro menggunakan armada enam mobil self-driving untuk mengumpulkan data dan mengoptimalkan rute, yang kemudian akan dimasukkan ke dalam kendaraan prototipe. Mereka telah menerima izin dari DMV California dan berencana untuk memulai pengujian di jalan umum tahun ini.

 

Berbagai solusi pengiriman otonom yang saat ini sedang dikembangkan dan diuji menciptakan masa depan di mana berbagai robot kecil, baik melalui darat atau udara, mengirimkan paket-paket dan pesanan makanan kita, dan bahkan memungkinkan kita untuk ‘berbelanja’ secara langsung tanpa keluar rumah.

Namun pertanyaan tentang bagaimana paket masih dikumpulkan masih menjadi masalah. Bahkan dengan robot otonom, apakah akan mungkin untuk mengirimkan barang tanpa perlu campur tangan manusia di suatu tempat di sepanjang proses pengirimannya? Pertanyaan selanjutnya, bagaimana sistem robot pengiriman otomatis berbasis darat diterapkan di Indonesia, yang trotoarnya seringkali dipenuhi lapak-lapak pedagang, pangkalan ojek, atau rusak?

Related posts