Lean Versus Industry Revolution 4.0

Industry Revolution 4.0 (IR 4.0) adalah salah satu topik hangat di dunia manufaktur modern, meskipun beberapa orang mengatakan hal-hal yang dibahas terkait ‘era baru industri’ tersebut agak berlebihan. Bagaimanapun, Lean adalah salah satu topik yang lebih lawas, tetapi masih penting dan relevan di bidang manufaktur. Dalam artikel ini kami akan membahas Lean dan IR 4.0. Bisakah mereka saling melengkapi atau apakah mereka bertentangandan bagaimana keduanya bisa bersatu.

 

Revolusi industri sudah banyak dibahas, hingga kini teknologi baru terus berkembang mendorong terjadinya revolusi industri di era modern, yang disebut Industry Revolution 4.0. Era baru ini mungkin terkesan tumpang tindih dengan metodologi yang lebih dulu menjadi topik hangat di industri manufaktur, yakni Lean Manufacturing.

Ketakutan akan otomatisasi dan tantangan terkait tenaga kerja yang akan digantikan oleh teknologi, membuat para praktisi industri yang menerapkan Lean “terkesan” belum mau lebih jauh menggali potensi dan dampak positif dari Industry 4.0.

Beberapa pakar menyebut keduanya bisa saling melengkapi. Sebagai contoh, teknologi yang sering digunakan pabrikan yang menerapkan lean, yakni cyber-physical system (CPS) dan industrial internet of things (IIoT). Beberapa praktisi industri manufaktur mengatakan, sinergi Lean dan IR 4.0 ini merupakan peluang bagus untuk mewujudkan tujuan inti dari Lean: memberdayakan orang untuk mendorong improvement dan inovasi.

 

Apa Industry Revolution 4.0 (IR 4.0) dan Lean Manufacturing ?

Industry Revolution 4.0 adalah segala hal terkait pemanfaatan teknologi komputer, kecerdasan buatan, analisa data hingga sistem dan jaringan yang terintegasi untuk meningkatkan kinerja khususnya di lini produksi.

Lean Production atau Lean Manufacturing telah ada sekitar setengah abad atau lebih, dikembangkan oleh Toyota sejak tahun 1950 dan seterusnya disebut sebagai Sistem Produksi Toyota atau Toyota Production System (TPS).

Salah satu pakar produktivitas di manufaktur Christoph Roser yang telah melakukan riste di Toyota selama lebih dari 5 tahun, mengaku sebagai penggemar berat Lean. Namun demikian, bahkan dalam lean dia mengakui banyak hal yang tidak sesuai harapanl atau tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Untuk itu dirasakan perlunya memanfaatkan hal-hal yang terbaik yang dapat ditawarkan IR 4.0 dan Lean Manufacturing sekaligus.

 

Apa Kesamaan Lean dan Industry Revolution 4.0 ?

Roser menegaskan, Lean dan Industry 4.0 memang memiliki banyak kesamaan. Implementasi yang baik membutuhkan perhatian dan dukungan penuh serta banyak waktu dari Tim Manajemen hingga karyawan. Jika kita membebani karyawan dengan terlalu banyak pekerjaan dan memulai terlalu banyak proyek sekaligus, kita tidak akan menyelesaikannya. Bahkan jika kita pikir proyek sudah selesai, hasilnya akan kurang baik.

Bagian penting dari lean adalah membatasi pekerjaan yang sedang berjalan agar pekerjaan yang sebenarnya lebih mudah. Roser sangat percaya hal yang sama berlaku untuk aktivitas improvement.

Tidak masalah apakah kita melakukan Lean atau menerapkan IR 4.0, siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) menjadi kunci penting untuk keberhasilan suatu proyek improvement. Sementara apa pun bisa terlihat bagus dalam presentasi, bagian yang penting adalah jika hal-hal yang tampak bagus itu benar-benar berfungsi di lini produksi. Karenanya PDCA—terutama bagian Check dan Act—penting untuk memastikan keberhasilan proyek.

Baik pada kasus Lean atau IR 4.0, sebagian besar implementasi gagal karena kurang mantapnya penerapan PDCA. Dan tingkat kegagalannya drastis. Untuk Lean, Roser menekankan, ada banyak sumber yang menyatakan bahwa 70% hingga 90% dari semua proyek lean tidak memberikan manfaat yang terukur. Dia mengaku belum melihat hal serupa di IR 4.0, tetapi menurut pengalaman pribadinya, Roser  menempatkan tingkat kegagalan proyek-proyek IR 4.0 juga antara 70% dan 90%.

Namun, jika perusahaan kita adalah salah satu dari 10% hingga 30% perusahaan yang “beruntung” di mana Lean dan/atau IR 4.0 berfungsi dengan baik, itu dapat membuat perbedaan besar untuk bisnis Anda. Baik Lean dan Industry 4.0 memiliki potensi untuk secara signifikan mengurangi pemborsan, menghilangkan waktu tunggu, meningkatkan produktivitas dan kualitas, serta secara keseluruhan meningkatkan profitabilitas operasi—jika dilakukan dengan benar!

 

Perbedaan Lean dan Industry Revolution 4.0

Terdapat perbedaan antara Lean dan Industry Revolution 4.0. “Working with people” adalah bagian penting dari Lean, karena Lean mengutamakan pemenuhan kebutuhan mereka dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.

IR 4.0, bagaimanapun, berfokus pada teknologi, komputer, otomasi, dan robotika. Tujuan utama IR 4.0 adalah “lights-out factory,” di mana tidak ada orang yang tersisa. Tentu saja, ada juga pihak yang mengklaim bahwa karyawan masih penting bagi Industri 4.0, tetapi Roser tidak memandang demikian.

Sedangkan untuk penggunaan komputer, Lean tidak memusuhi komputer. Jika solusi terbaik mencakup komputerisasai / digitalisasi, Lean akan dengan senang hati menggunakan komputer, otomatisasi, jaringan serta aspek terkait teknologi informasi dan komputer lainnya.

Perbedaan lainnya adalah perubahan yang cepat. Lean sering kali memiliki solusi mudah dan cepat- misalnya Karakuri Kaizen. Terutama di Jepang, mereka biasanya lebih suka solusi cepat dan efektif daripada yang mahal dan rumit. Selama itu berhasil, maka semuanya baik.

IR 4.0 di sisi lain adalah tentang perangkat keras dan lunak. Setiap perubahan memerlukan programmer dan teknisi, yang biasanya perusahaan kekurangan sumber daya di bidang itu. Oleh karena itu, implementasi Industry 4.0 akan memakan waktu lebih banyak, sedangkan implementasi Lean bisa jadi (tidak selalu tetapi sering) lebih cepat.

Perbedaan terkait lainnya adalah fleksibilitas. IR 4.0 sering tidak memiliki banyak fleksibilitas. Tentu saja, tujuannya adalah untuk secara fleksibel menghasilkan bagian yang kita inginkan kapan saja. Tetapi jika kita perlu mengubah sistem produksi yang sebenarnya, IR 4.0 membutuhkan lebih banyak waktu dan uang.

Dalam hal kompleksitas, IR 4.0 menyaingi perubahan ERP pada Lean. Jika Anda bekerja dengan sistem ERP, pikirkan kembali pembaruan perangkat lunak termutakhir, perubahan versi atau perubahan ke vendor perangkat lunak ERP yang berbeda. Hal itu bisa jadi sangat mahal dan merepotkan.

Hal yang sama berlaku untuk IR 4.0., menurut pandangan Roser, Industry 4.0 sebenarnya mengurangi fleksibilitas. Lean, di sisi lain, lebih suka membuat banyak langkah kecil daripada lompatan besar, karena metodologi tersebut akan membantu kurva belajar kita dan memberi kita lebih banyak waktu untuk memperbaiki kesalahan. Lean juga mendorong perubahan cepat dan fleksibel untuk improvement yang lebih cepat.

Di sini kita masuk ke continuous improvement. Gagasan untuk selalu memperbaiki adalah salah satu landasan Lean. Namun, karena kecepatan perubahan dan implementasi yang lebih lambat di IR 4.0, sebagian besar aplikasi IR 4.0 adalah apa yang Roser sebut “monumen.” Sangat mahal, dan begitu diimplementasikan, mereka sulit untuk diubah. Oleh karena itu, IR 4.0 sering merupakan pendekatan sekali pakai yang kemungkinan akan (atau kemungkinan tidak) berhasil.

 

Sinergi Lean Manufacturing dengan Industry Revolution 4.0

Prinsip Lean mendorong “pengembangan budaya continuous improvement yang kuat, berfokus pada mengoptimumkan penibgjatan nilai tambah khususnya bagi pelanggan dan secara bersamaan menghilangkan pemborosan, yang bertujuan mencapai sasaran pertumbuhan dan kelangsungan bisnis.”

Ketika pendekatan Lean disinergikan dengan Industry Revolution 4.0, misalnya dimulai dengan berbagai teknologi manajemen kinerja digital,  sistem monitoring jarak jauh, monitor konsumsi energi  dan pemeliharaan prediktif dan lain-lain, ada potensi besar untuk menciptakan nilai tambah dengan usaha yang lebih efisien.

Penggunaan analisis canggih saja, menurut McKinsey dalam artikel “Manufacturing’s Next Act,” dapat memungkinkan sebagian besar perusahaan untuk meningkatkan margin kotor hingga 30% hanya dalam waktu dua tahun.

Bidang utama di mana bisnis telah menerapkan pendekatan IR 4.0 ini untuk mencapai keuntungan eksponensial meliputi:

Big data—yang memungkinkan organisasi menghasilkan pengembalian yang signifikan. Contoh yang diangkat McKinsey adalah perusahaan pertambangan Afrika yang menghemat $20 juta setahun setelah mengidentifikasi cara baru untuk menangkap lebih banyak data dari sensornya.

Advanced analysis—yang dapat digunakan untuk secara drastis meningkatkan pengembangan produk. Contohnya termasuk produsen otomotif yang menggabungkan data online dan pembelian untuk mengurangi pilihannya untuk sebuah model menjadi hanya 13.000 (pesaingnya ditawarkan 27.000.000) model.

Human-Machine Interface (HMI) —seperti augmented reality headset yang digunakan oleh Knapp AG untuk membantu staf menemukan item lebih cepat dan mengurangi tingkat kesalahan hingga 40 persen, dengan kamera terintegrasi yang menangkap nomor seri untuk pelacakan inventory secara real-time. Dubai Electricity and Water Authority (DEWA) juga menggunakan teknologi serupa untuk membantu memantau turbinnya, seperti dijabarkan dalam artikel Forbes, “Mixed Reality for Industry 4.0”.

3D Printing (Transfer digital ke fisik) —yang telah berhasil dimanfaatkan oleh Local Motors membuat mobil “hampir seluruhnya melalui pencetakan 3D” dan memangkas waktu pengembangan model baru dari enam tahun menjadi satu. Tidak mengherankan, pabrikan besar seperti Vauxhall dan GM sudah mengeksplorasi potensi manfaat dari 3D Printing.

Sensor canggih—Dalam sebuah pabrik kertas dan bubur kertas, sensor suhu jarak jauh memantau indikator utama, sementara alat canggih menganalisis dan secara otomatis menyesuaikan intensitas nyala api. Kemajuan teknologi telah menghasilkan penghematan bahan bakar hingga 6% dan peningkatan throughput 16%.

 

Tiga contoh bagaimana teknologi Industry 4.0 dan prinsip Lean bertemu

  1. Fokus Kepada Pelanggan

Lean selalu mengutamakan pendekatan produksi yang berpusat pada pelanggan terlebih dahulu, dan sekarang teknologi digital memungkinkan produsen untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kebutuhan pelanggan mereka.

Misalnya analisis data lanjutan dan bahkan kecerdasan buatan dapat diterapkan pada data pelanggan untuk lebih menentukan kebutuhan pelanggan. Contoh paling sederhana adalah dalam menganalisis perilaku penggunaan aplikasi, atau memahami kapan, di mana, dan berapa banyak orang mengakses informasi asal produk melalui label.

Kustomisasi massal, di mana pelanggan dapat sangat menyesuaikan pesanan mereka, juga dimungkinkan melalui mengintegrasikan robot otomatis dan semi-otomatis ke dalam jalur produksi, karena mereka dapat mengatasi berbagai tingkat yang lebih tinggi.

Inilah bagaimana filosofi ‘just-in-time’ dari lean yang dipusatkan kepada pelanggan, diperkuat oleh tuas teknologi Industry 4.0.

  1. Continuous Improvement

Program continuous improvement pada lini produksi mungkin secara selektif mengubah variabel, mengujinya secara real time, dan meninjau hasilnya sesuai. Teknologi baru seperti alat simulasi yang kuat dan digital twin memungkinkan produsen untuk menguji asumsi mereka di dunia virtual terlebih dahulu, sebelum mengimplementasikannya atau mengujinya di dunia fisik. Dengan cara ini, prinsip peningkatan berkelanjutan lean ditingkatkan oleh teknologi Industry 4.0.

  1. Integrated Value Chain

Lean bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dalam rantai nilai—dari pesanan pelanggan hingga pengiriman—dan penguat Industry 4.0 seperti integrasi sistem horizontal dan vertikal dan analisis data sangat berharga untuk pengejaran ini.

Integrasi dan koneksi perusahaan kita, IT, sistem operasional, mesin, dan perangkat menciptakan pandangan holistik dari seluruh value chain. Ini memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi pola atau titik-titik lemah dalam proses, dan memprioritaskan mereka untuk peluang peningkatan.

 

Lean Manufacturing adalah konsep mapan yang telah meningkatkan produktivitas dan pengalaman pelanggan bagi banyak organisasi. Sekarang, dengan penguat berupa teknologi Industry 4.0, seperti integrasi IT-OT, IoT dan analisis data lanjutan, organisasi mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang seluruh rantai nilai untuk menginformasikan peluang peningkatan lean dan pada akhirnya mendapatkan keunggulan kompetitif.

Mulai saat ini, organisasi bisa mensinergikan Lean dan Industry Revolution 4.0 untuk meneruskan perjalanan transformasi digital mereka dengan lebih baik untuk meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan dan memastikan kelangsungan bisnisnya.

 

Sumber: “Lean and Industry 4.0” oleh Christoph Roser, “Unlocking Digital Success: Combining Industry 4.0 and Lean Management” oleh Abdul Latif Jameel, “The new lean: how lean manufacturing meets industry 4.0” oleh Sage Automation.

Related posts