Cara membangun metode “Experience” pada pelatihan

Apa kabar sobat Trainer? Pernahkah Anda menjadi peserta dalam sebuah pelatihan? Apa pengalaman membosankan Anda sebagai seorang peserta? Kapan terakhir pengalaman menyenangkan Anda menjadi peserta?

Kalau begitu, apa bedanya Antara pelatihan yang membosankan dan menyenangkan? Menarik untuk dibahas bukan?

Perbedaannya jelas sekali terletak pada metode yang digunakan oleh sang trainer ketika memberikan materi dalam pelatihan tersebut. Lalu bagaimana metode yang tepat untuk membuat pelatihan menjadi menyenangkan akan tetapi peserta juga mendapatkan hasil yang maksimal?

Pada sesi pembuka ini, penulis ingin sekali mengajak para pembaca untuk mengingat pengalaman masa lalu ketika masih di bangku sekolah maupun universitas. Pernahkah Anda memiliki seorang Guru atau Dosen ketika itu yang Anda anggap sebagai pengajar favorit? Masih ingat namanya? Mata pelajaran / kuliah yang diajarnya? Perawakannya? apa yang dilakukan ketika mengajar? Kenapa Anda memilihnya sebagai pengajar favorit? Mari kita bahas sedikit mengenai hal tersebut.

Saya memiliki seorang teman yang pernah bercerita kepada saya mengenai guru favoritnya, yaitu seorang Guru sejarah, kita sebut saja Ibu Nur (nama samaran). Teman saya tersebut tidak terlalu suka akan pelajaran yang dianggapnya sebagai pelajaran yang membosankan. Namun ternyata sang guru membuat pelatihan tersebut menjadi menyenangkan. Suatu hari Ibu Nur memberikan tantangan kepada para murid nya untuk bermain opera dengan skrip yang sudah diberikan olehnya. Opera tersebut tidak jauh yaitu mengenai sejarah perang dari salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia. Dengan begitu asyiknya, murid-murid terbawa suasana dan mempersiapkan sebaik mungkin penampilan mereka terhadap skrip yang akan mereka bawakan sesuai peran masing-masing.

Related posts