5 Penyebab Kegagalan Total Productive Maintenance dan Cara Mengatasinya

Share Article

5 Penyebab Kegagalan Total Productive Maintenance dan Cara Mengatasinya

Table of Contents

Total Productive Maintenance (TPM) adalah metodologi yang digunakan untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia, seperti mesin, proses, dan prosedur serta manusia, untuk meningkatkan produksi dan memastikan kualitas produk. Artikel ini akan membahas seputar penyebab kegagalan Total Productive Maintenance dan cara-cara untuk mengatasinya.

Sederhananya, ini adalah proses melibatkan karyawan dalam memelihara peralatan mereka sendiri, sambil menekankan teknik pemeliharaan proaktif dan preventif. Dengan TPM, bisnis berupaya untuk memberikan proses dan hasil produksi yang sempurna.

TPM telah mendapatkan momentum di berbagai industri manufaktur di Indonesia. Implementasi TPM menjanjikan banyak manfaat, seperti biaya yang lebih rendah, peningkatan moral karyawan dan efisiensi operasional yang lebih besar. Di samping itu, TPM juga memiliki beberapa kekurangan. 

Kekurangan terbesar dari metode ini adalah, TPM sangat sulit untuk digunakan secara efektif. Pakar dari Reliable Plant mengatakan bahwa TPM adalah strategi Lean yang paling sulit untuk diterapkan dalam manufaktur, dan pernyataan ini pun tidak salah.

Penyebab Kegagalan Total Productive Maintenance

TPM dikenal sulit diterapkan, mulai dari strateginya yang membutuhkan banyak perubahan yang berdampak pada kehadiran momentum untuk suatu proyek. Momentum ini dapat menghadirkan tantangan baru, seperti kegagalan total productive maintenance. Berikut adalah beberapa tantangan besar dalam upaya implementasi TPM yang sering dihadapi organisasi.

  1. Perubahan Budaya

Menyesuaikan budaya organisasi berdasarkan prinsip-prinsip TPM mungkin terdengar seperti konsep abstrak yang luas. Perubahan budaya ini melibatkan berbagai taktik praktis yang sebenarnya dapat ditindaklanjuti oleh organisasi dengan menjalaninya secara konsisten untuk memastikan kesuksesan.

Berikut ini adalah beberapa poin pertimbangan penting dalam implementasi budaya baru dengan TPM menurut Reliable Plant.

  • Tetapkan kode etik formal yang menetapkan harapan tentang bagaimana cara karyawan berinteraksi
  • Dapatkan dukungan dari manajemen pada permulaan transisi dan memastikan dukungan terus terjaga
  • Buat strategi perawatan untuk peralatan saat masih baru untuk menghindari reaksi yang berakibat pada kegagalan rencana TPM
  • Tingkatkan ruang untuk Preventive and Predictive Maintenance

Strategi ini dapat menciptakan perubahan budaya signifikan yang merevitalisasi departemen pemeliharaan. Banyak organisasi masih memandang tim maintenance sebagai sekadar penyerap biaya, bukan elemen strategis yang penting bagi bisnis. Pandangan ini menciptakan kesenjangan antara departemen maintenance dan tim lainnya.

Organisasi harus bisa mengubah pola pikir ini, karena langkah pertama menuju keberhasilan TPM adalah dengan memperlakukan tim maintenance sebagai bagian penting dari strategi bisnis. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, organisasi dapat mendorong perubahan budaya, meningkatkan kolaborasi, dan menciptakan hubungan kerja yang lebih solid antara tim maintenance dan seluruh organisasi.

  1. Penolakan terhadap Perubahan

Suatu organisasi ibaratnya organisme yang hidup, dan beberapa cirinya adalah adanya kecenderungan penolakan terhadap perubahan karena takut tidak bisa bertahan hidup dengan pola yang baru. Reaksi ini wajar terjadi karena proses menuju perubahan tak selalu berjalan dengan lancar.

Untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan tersebut, ada beberapa cara efektif yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah, mengenalkan TPM sebagai metode yang akan meringankan pekerjaan, yang berarti beban kerja karyawan akan berkurang. TPM akan membuat pekerjaan sehari-hari lebih mudah dan lebih efisien.

Selain itu, pimpinan bisa memotivasi karyawan dengan memberikan reward atas pencapaiannya, bisa dari pencapaian kecil sampai pencapaian besar, agar keterlibatan mereka terhadap perubahan lebih dihargai.

  1. Pemborosan Inventori 

Strategi pergudangan dan manajemen persediaan tradisional sering memisahkan bagian dan persediaan dari area produksi dan memungkinkan overhead inventori yang signifikan untuk menghindari kekurangan suku cadang. 

Strategi-strategi ini dapat secara langsung melemahkan strategi operasional lean, termasuk TPM, dan sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Advanced Engineering Technology mengatakan kelebihan persediaan menyebabkan pemborosan.

Menetapkan strategi equipment effectiveness management memungkinkan produsen untuk:

  • Mengukur secara akurat kebutuhan sumber daya untuk berbagai aset
  • Menentukan lokasi penyimpanan komponen yang strategis, mudah diakses oleh tim pemeliharaan dan produksi, namun tidak mengganggu operasi
  • Menetapkan aliran material yang stabil untuk merampingkan proses operasional

Makalah tersebut juga menyoroti bahwa mengurangi kelebihan inventori dan menyimpan persediaan kecil di dekat lini produksi dapat menyederhanakan manajemen peralatan dan mendukung implementasi TPM.

Selain itu, Computerized Maintenance Management Systems (CMMS) dapat memainkan peran penting dalam strategi manajemen inventory modern. Dengan CMMS, pengguna dapat mencatat penggunaan suku cadang, memantau inventori di berbagai lokasi, dan menerima notifikasi saat persediaan perlu diisi ulang. Visibilitas inventori yang lebih baik ini memudahkan pengelolaan material dan suku cadang secara fleksibel, sesuai kebutuhan di berbagai lokasi.

  1. Kurang Dukungan dari Top Management

TPM tidak akan bisa terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari pimpinan. Apabila Top Management tidak dapat diyakinkan untuk melakukan perubahan, maka tidak ada ada contoh signifikan dan akan berakhir pada lingkungan kerja yang tidak berkembang ke arah positif.

Untuk itu, memastikan jajaran Top Management sadar akan kebutuhan dalam perubahan yang direncanakan adalah hal yang penting.

Pendekatan ad-hoc terhadap implementasi TPM tanpa evaluasi untuk mendeteksi kemajuan, hanya akan memberikan statistik keberhasilan implementasi TPM yang rendah. Maka dari itu, penting bagi para stakeholder untuk membuat rencana dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki pemahaman lengkap tentang proses produksi.

Itulah sebabnya, para manajer dan pimpinan harus berpikir tidak hanya bagaimana perubahan tertentu akan memengaruhi satu proses tunggal, tetapi juga bagaimana perubahan itu akan memengaruhi semua orang dan proses yang terhubung dengannya.

  1. Mengabaikan Continuous Improvement

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh International Journal of Advance Research and Innovation menunjukkan perlunya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) sebagai prioritas utama untuk program TPM.

Seluruh lini organisasi harus mengerti bahwa TPM bukan strategi set-it-and-forget-it. Sebaliknya, upaya implementasi dari Total Productive Maintenance membutuhkan komitmen untuk pertumbuhan yang konsisten. Hal ini berkesinambungan dengan konsep Continuous Improvement.

TPM mungkin sulit diterapkan karena menuntut pertumbuhan yang konsisten, tetapi dengan manajemen kinerja yang efektif, kesuskesan dari TPM dapat mendorong kesuksesan terhadap bisnis.

Kesimpulan

Total Productive Maintenance adalah metodologi Lean yang powerful untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia, seperti mesin, proses, prosedur, dan karyawan, untuk meningkatkan produksi dan memastikan kualitas produk. Manfaat Total Productive Maintenance memang banyak, namun pendekatan ini tak lepas dari penyebab kegagalan Total Productive Maintenance yang sering di temui pada berbagai organisasi bisnis.

Artikel ini telah membahas apa saja kegagalan umum dari penerapan TPM dan cara untuk mengatasinya. PQM Consultants menawarkan cara paling efektif dalam menerapkan TPM dan menghindari kegagalan sehingga proses dari metode ini dapat berjalan dengan optimal.

Dapatkan wawasan khusus mengatasi kegagalan Total Productive Maintenance paling efektif yang akan memberikan dampak signifikan bagi peningkatan bisnis melalui program “Education & Training for TPM Implementation”.

Referensi:

  1. Christiansen, Bryan. “The Challenges of Implementing Total Productive Maintenance.” Reliable Plant. Diakses dari https://www.leancompetency.org/lcs-articles/the-challenges-of-implementing-total-productive-maintenance/.
  2. Trout, Jonathan. “Total Productive Maintenance: An Overview.” Diakses dari https://www.reliableplant.com/Read/26210/tpm-lean-implement
  3. Flack, Grace. “3 TPM Implementation Challenges & What to Do About Them.” Fiix. Diakses dari https://www.dudesolutions.com/blog/3-tpm-implementation-challenges-what-to-do-about-them

Share Article

Table of Content

Related Articles

General Affair adalah: Peran, Tugas, dan Fungsi Vital dalam Operasional Perusahaan
7 Strategi Bisnis Paling Efektif untuk Kesuksesan Perusahaan
Apa Itu SOP? Arti, Manfaat, Cara Membuat dan Contohnya
Arti SWOT dalam Bisnis: Pengertian, Jenis, dan Cara Mengaplikasikannya
11 Leadership Skill yang Wajib Dimiliki Manajer!

Stay Ahead of The Competition

Upgrade your skills and knowledge with our exclusive development program. Simply submit the form, and we will send the schedule directly to your email.