Setiap pengusaha startup pasti bermimpi mengembangkan produk dan layanan mereka menjadi lebih besar, tetapi tidak semua orang bisa mewujudkan impian ini. Satu dari 10.000 startup di dunia mampu mendorong laju pertumbuhan yang meroket, dan ini terjadi ketika mereka menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan tersebut. Filosofi dan praktik Kaizen ternyata bisa membantu mewujudkannya.
Sebagai pengusaha startup, kita memang perlu memimpikan pertumbuhan yang cepat. Namun ingat, jangan hanya mengandalkan atau puas dengan “pertumbuhan cepat.” Pertimbangkan metode kerja alternatif yang lebih butuh waktu, namun mampu memantapkan bisnis kita secara paralel.
Alternatif yang “lambat dan stabil” ini lebih dikenal sebagai metode Kaizen; sebuah filosofi Jepang yang secara harfiah berarti “peningkatan menjadi lebih baik” dengan implikasi legendarisnya berupa perbaikan terus-menerus menjadi lebih baik (continuous improvement).
Saat ini, metodologi Kaizen paling umum diterapkan dalam manajemen dan bisnis (baik produksi dan layanan). Ini membantu para pengusaha untuk lebih mewujudkan visi bisnis dan secara bertahap memodifikasi proses yang sesuai.

Prinsip inti dari metodologi ini adalah “selalu ada ruang untuk perbaikan,” yang menumbuhkan pentingnya mengambil langkah kecil untuk peningkatan terus-menerus, dan melakukannya sebagai kerja tim. Ini mungkin sistem Lean paling efektif untuk bisnis produksi yang menekankan pada memastikan penghapusan waste (pekerjaan tanpa nilai tambah, baik untuk organisasi ataupun pelanggan).
Startup, seperti perusahaan lain, punya peluang besar untuk memanfaatkan filosofi kaizen. Kunci untuk meraih ruang lingkup penuhnya menuntut startup untuk melibatkan staf mereka dari tahap awal implementasi. Tujuannya adalah menyelaraskan setiap orang yang terlibat dengan tujuan bersama: selalu mengejar peningkatan yang berkelanjutan (continuous improvement). Kaizen adalah salah satu dari serangkaian teknik Lean Management dan teknik manufaktur, di samping pendekatan just-in-time.
Gagasan di balik startup adalah untuk menjadi perusahaan yang beroperasi dengan seefisien mungkin, mengingat fakta bahwa saat ini kita sering dihadapkan dengan tuntutan investasi besar dalam teknologi dan tools pendukung. Inisiatif perubahan semacam ini tentu mahal, tetapi dengan memaksimalkan upaya menyelaraskan karyawan, pengusaha (jajaran eksekutif) dan budaya startup dengan mentalitas ini, organisasi pasti akan mencapai hasil positif.
Tidak seperti perusahaan yang sudah mapan—ketika mengaplikasikan prinsip-prinsip Kaizen di perusahaan startup – kita membutuhkan peningkatan proses dan perjuangan yang tidak pernah berakhir untuk mengoptimalkan hasilnya. Karena seluruh premis di balik filosofi ini adalah untuk mencapai keadaan perbaikan yang berkelanjutan.
Kaizen di startup—jika kita melihat berdasarkan sifatnya—cakupan implementasinya merentang dari waktu ke waktu, alih-alih berfokus pada pencapaian hasil statis. Terlepas dari apakah itu perusahaan yang mapan atau startup, prosesnya harus selalu dilakukan dan diperbaharui. Karena itulah, sangat penting untuk menyelaraskan staf, jajaran eksekutif, dan orang-orang yang terlibat dengan proses-proses di perusahaan.
Bagaimana Cara Implementasi Kaizen di Startup?
Kaizen adalah tentang kerja tim; jadi kita perlu melibatkan semua karyawan dalam proses tersebut. Mereka berbagi pengamatan dan ide-ide mereka terkait dengan optimasi proses bisnis, meningkatkan produktivitas di tempat kerja, menghemat sumber daya, meningkatkan kualitas dan keamanan.
Karyawan harus dirangsang untuk berpartisipasi aktif dalam merealisasikan ide-ide mereka, dan kita mungkin memerlukan seorang ahli Kaizen untuk membantu mengaktifkannya. Selain itu, menghadiri seminar pelatihan juga bisa banyak membantu.
Filosofi Kaizen terdiri dari lima elemen yang membuatnya dapat dibedakan dari sudut pandang bisnis lainnya. Kita bisa menggunakan elemen-elemen ini untuk menjalankan bisnis secara efektif dan menangani sumber daya terpenting kita: Karyawan.
Ini adalah lima elemen Kaizen:
- Kerja tim
- Disiplin Pribadi
- Peningkatan moral
- Implementasi lingkaran kualitas (Quality Circle atau PDCA cycle)
- Saran dan ide (dari karyawan dan manajemen) untuk peningkatan/perbaikan.
Beberapa DO’s dan DON’T’s Implementasi Kaizen di Startup
Kaizen jauh lebih dari sekadar melibatkan karyawan dalam proses pengembangan. Sebagai seorang wirausaha, kita harus secara bertahap meningkatkan banyak hal dalam diri kita sendiri. Fokus pada efisiensi kita secara individu, optimisme, dan bergerak maju bersama dengan visi perusahaan, dan kita akan melihat perubahan besar dalam jangka panjang.
Berikut adalah beberapa pedoman bagi pengusaha untuk diikuti agar sangat efektif dengan prinsip-prinsip Kaizen:
- Jangan mengandalkan keahlian kita sendiri saja; pertimbangkanlah kebijaksanaan orang lain dalam tim.
- Jangan salahkan orang lain; bertanggung jawablah dengan pekerjaan kita sendiri.
- Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan.
- Ganti “Aku tidak bisa” dengan “Aku bisa”.
- Jangan menunggu sampai sempurna; Peningkatan 50% jauh lebih baik untuk saat ini!
- Perbaiki masalah dan masalah segera setelah ditemukan.
- Jangan ragu untuk bertanya, jika kita tidak memahami tentang sesuatu.
- Buat keputusan berdasarkan statistik (data yang riil) dan bukan pada pendapat atau perkiraan.
- Ingatlah bahwa perbaikan tidak pernah dilakukan di ruang meeting. Jadi tetapkan waktu 20% untuk diskusi dan 80% untuk kerja praktek!
- Selalu ada ruang untuk perbaikan, jadi teruslah belajar!
Ingat, dengan Kaizen, keberhasilannya lambat, tetapi pasti! Jika diinternalisasi dan digunakan dengan benar, ini dapat memicu startup untuk melaju dengan pertumbuhan yang stabil dan dapat membawanya ke tingkat yang kita inginkan.
Kaizen Event In Real Place
PQM Consultants menyelenggarakan Kaizen Event bekerjasama dengan PT Bank Central Asia Tbk secara rutin. Peserta akan diajak langsung melihat proses dan menjalankan Kaizen secara langsung di lantai operasi salah satu bank terbaik di Indonesia. Tertarik bergabung? Klik klink ini untuk info lengkapnya.