Mengenal JISHUKEN untuk Supplier Development. Beberapa waktu lalu, tim produksi kami kembali menemukan masalah pada material yang dikirim oleh supplier A. Kali ini, produk yang supplier A kirimkan kembali terdapat kendala, lubangnya sedikit melenceng. Bulan lalu, terdapat coating yang terkelupas. Sebelumnya lagi, kami menemukan produk yang sudut bracketnya tidak konsisten.
Bayangkan, kejadian ini terjadi tiga kali dalam satu kuartal dan semuanya baru diketahui ketika material sudah tiba di lini produksi.
Reaksi spontan (uhuy!) tentu saja menyalahkan supplier. Tapi pertanyaan mendasarnya lebih besar dari itu:
“Apakah supplier tahu apa yang salah?”
“Apakah mereka punya cara untuk menganalisis dan mencegahnya?”
Karena kalau tidak dilakukan perbaikan menyeluruh, kami hanya akan mengulang siklus yang sama: komplain, periksa, kirim ulang, tanpa ada perbaikan yang sistematis dan menyasar akar masalah. Di situlah kami mulai belajar mengenal JISHUKEN untuk Supplier Development.

Pengertian JISHUKEN
Jishuken adalah sebuah konsep dari Jepang yang berarti “peningkatan keahlian melalui inisiatif mandiri” dan menjadi pusat dari budaya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Berasal dari gabungan kata Ji (diri sendiri), Shu (motivasi mandiri), dan Ken (belajar/studi), istilah ini menekankan pada kemampuan individu atau tim untuk secara otonom menyelidiki masalah yang ada dan merancang perbaikan. Ini adalah pendekatan proaktif di mana pembelajaran dan pengembangan keahlian terjadi secara mandiri untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Program Jishuken menjadi media pelatihan praktis yang mendukung transfer keterampilan dan peningkatan kualitas SDM secara langsung di lingkungan kerja.
JISHUKEN berakar dari pendekatan Toyota Production System (TPS). Saat pertama kali dikembangkan oleh Taiichi Ohno, ia mendorong para manajer pabrik untuk turun langsung ke gemba, mengamati proses, dan belajar dari kenyataan di lapangan.
Bukan hanya untuk mencari solusi, tapi untuk melatih kemampuan berpikir dan kepemimpinan operasional.
Jadi, ketika kita berbicara mengenai JISHUKEN, kita tidak hanya bicara mengenai “tim improvement” yang datang dari luar, tetapi kita juga berbicara mengenai tim lintas fungsi dimulai dari engineering, produksi, hingga QC yang saling berkolaborasi untuk mengamati dan menyelesaikan masalah.
Dalam konteks Toyota Production System (TPS), Jishuken dilakukan untuk membangun kapabilitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) di perusahaan-perusahaan rantai pasok Toyota.
Mengenal JISHUKEN untuk Supplier Development
Dalam konteks supplier development, JISHUKEN menjadi pendekatan yang sangat strategis. Mengapa?
Karena kebanyakan supplier:
- Fokus mengejar output, bukan mengamati prosesnya.
- Tidak punya sistem deteksi dini terhadap pemborosan.
- Tidak terbiasa melakukan analisis akar masalah secara sistematis.
Dengan JISHUKEN, perusahaan utama (customer) tidak hanya menuntut kualitas, tapi mendampingi supplier memahami dan membangun kapabilitas mereka sendiri.
Dampak JISHUKEN Lebih dari Sekadar Kualitas
Salah satu dampak paling signifikan dari penerapan JISHUKEN adalah transformasi perilaku di pihak supplier. Mereka yang sebelumnya cenderung pasif dan hanya menunggu instruksi, perlahan mulai menunjukkan inisiatif. Bukan lagi sekadar menjalankan permintaan ketika terjadi problem, tetapi supplier akan mulai berpikir kritis terhadap proses mereka sendiri.
Di sinilah perbedaan JISHUKEN dengan audit quality yang biasa dilakukan, dimana ia bukan sekadar kegiatan pemeriksaan, melainkan proses pengembangan dan pembelajaran bersama yang mendorong supplier untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri.
Kapan Waktu yang Tepat Memulai?
Ada satu pola yang mulai kami sadari: Ketika masalah quality dari supplier terus-menerus datang, meski sistem di dalam sudah semakin rapih. Prosedur sudah dijalankan, tim sudah dilatih, bahkan culture improvement pun sudah mulai terasa.
Tapi tetap saja, ketika produk dari supplier datang ke lantai produksi kita, defect, rework, atau delay kembali muncul dan mengulang siklus lama.
Di titik itulah kami sadar, bahwa perbaikan tidak bisa berhenti hanya dilakukan di dalam pabrik kami sendiri. Dibutuhkan sebua pendekatan yang mampu mengajak supplier untuk ikut bertumbuh, memahami proses mereka sendiri, dan menyelesaikan masalah dari akarnya.
Di situlah JISHUKEN hadir bukan sebagai tambahan metode, tapi sebagai jembatan menuju perbaikan yang benar-benar menyeluruh, dan sinergi antara vendor/supplier dan kita sebagai customer.
Bagaimana Cara Belajar JISHUKEN?
Untuk Anda yang melihat potensi JISHUKEN sebagai pendekatan baru dalam membangun kemitraan dengan supplier tanpa drama, PQM Consultants menyelenggarakan program Public Training JISHUKEN: Lean Driven Supplier Development and Waste-Free Partnership.
Pelatihan ini dirancang untuk memberi peserta pengalaman langsung dan kerangka kerja yang bisa langsung diimplementasikan. Anda tidak hanya akan memahami konsepnya, tapi juga menyimulasikan bagaimana menerapkan JISHUKEN di dunia nyata. Selain itu pelatihan ini juga dipandu oleh praktisi yang sudah menerapkan JISHUKEN lebih dari 5 tahun pengalaman.
Apa yang Akan Anda Pelajari?
- Memahami falsafah dan konsep dasar JISHUKEN
- Menyusun dan mensimulasikan tahapan implementasinya
- Menganalisis akar masalah menggunakan metode lean
- Belajar Value Stream Mapping (VSM), Root Cause Analysis, Kaizen Event
- Membangun kolaborasi dan komunikasi efektif dengan supplier
- Menyusun target yang SMART dan selaras dengan perbaikan
- Memahami peran JISHUKEN dalam memperkuat rantai pasok
Pelatihan ini dilengkapi dengan:
- Case study dan simulasi langsung
- Diskusi kelompok dan role play
- Pre & post test untuk evaluasi pembelajaran
- Materi dari fasilitator berpengalaman langsung di lapangan, termasuk di lingkungan Toyota
Saatnya menerapkan dan mengenal JISHUKEN untuk Supplier Development, bukan sekadar perbaikan, tapi transformasi cara supplier berpikir, mengelola proses, dan tumbuh bersama Anda. Pelajari konsep dan cara implementasinya dengan cara mengikuti Training Jishuken Lean Driven Supplier Development and Waste-Free Partnership di sini.