Dalam dunia TPM (Total Productive Maintenance), keberhasilan implementasi tidak bisa hanya disandarkan pada satu tim, satu bagian, atau bahkan satu individu. Ibarat sebuah klub sepak bola, TPM adalah permainan kolektif yang menuntut kolaborasi lintas peran—dari lini depan hingga belakang, dari pemain hingga pelatih.
Permainan Tim, Bukan Single Player
Dalam ilustrasi di atas, setiap bagian organisasi diibaratkan sebagai posisi dalam tim sepak bola:
- Goalkeeper – Cost Control: Garda terakhir yang menjaga agar perusahaan tidak “kebobolan” secara biaya.
- Defenders – Supporting Functions: Keuangan, HR, dan lainnya yang menjadi fondasi agar proses berjalan stabil.
- Midfielders – Technician, Engineering, Maintenance: Penjaga ritme permainan, penghubung antara strategi dan eksekusi.
- Attackers – Production Team: Pencetak gol produktivitas, sering kali jadi sasaran ketika terjadi kegagalan.
- Head Coach – TPM Committee & Supporting Team: Pemegang kendali strategi, pemantau stamina organisasi, dan pemberi dorongan saat dibutuhkan.
Namun sayangnya, dalam praktik di lapangan, kegagalan seringkali hanya dilimpahkan ke satu pihak, biasanya tim produksi. Padahal, ketika tim kalah, yang gagal adalah seluruh tim—bukan hanya striker, bukan hanya kiper.

Porsi Peran yang Berbeda, Tujuan yang Sama
Dalam TPM, konsep total involvement berarti semua bagian organisasi memiliki kontribusi terhadap keberhasilan implementasi. Tidak semua orang harus melakukan hal yang sama, tapi semua orang harus bergerak ke arah yang sama. Kolaborasi, komunikasi, dan sinergi antar-fungsi adalah syarat mutlak.
Pemain bertahan harus paham kapan harus naik membantu serangan. Penyerang pun harus siap melakukan pressing saat kehilangan bola. Begitu juga dalam organisasi—bagian teknik harus memahami tekanan tim produksi, dan tim produksi perlu mengomunikasikan kendala ke supporting function secara transparan.
Peran Kunci Head Coach
TPM Committee berperan sebagai pelatih utama. Mereka harus mampu membaca dinamika organisasi layaknya pelatih membaca permainan di lapangan:
- Kapan tim butuh dorongan?
- Kapan perlu waktu untuk pemulihan?
- Siapa yang mulai kelelahan?
- Bagaimana menjaga motivasi agar tetap tinggi?
Tanpa peran aktif dari “pelatih”, tim yang solid bisa kehilangan arah. Head Coach dalam konteks TPM harus memiliki kapasitas leadership dan emotional intelligence yang kuat untuk menjaga momentum.
Skala Implementasi TPM
Sebagai catatan, gambar ini tidak mencantumkan peran sales dan marketing karena konteksnya adalah Company/Factory-Wide TPM—yakni implementasi TPM untuk seluruh departemen di dalam pabrik. Namun secara umum, TPM memiliki tiga skala penerapan:
- Door-to-Door TPM
Fokus pada pilot model di mesin atau lini tertentu. - Company/Factory-Wide TPM
Diterapkan secara menyeluruh ke semua departemen di dalam perusahaan. - Supply Chain TPM
Mengintegrasikan TPM dari ujung ke ujung, termasuk area sales dan marketing.
Penutup
Total involvement dalam TPM bukan sekadar jargon. Ini adalah pondasi budaya yang harus dibangun. Seperti dalam sepak bola, kemenangan tidak ditentukan oleh satu posisi. Dibutuhkan kekompakan, komunikasi yang intens, dan satu visi yang jelas untuk mencetak “gol” produktivitas dan efisiensi.
Kalau perusahaan Anda masih menyalahkan satu tim ketika ada masalah, mungkin sudah saatnya untuk mulai membangun permainan tim yang sebenarnya.
Artikel ini merupakan pengembangan dari konten yang ditulis oleh Miky Nurhariadi
Latest Post
- 9 Alasan Mengapa Preventive Maintenance Sangat Penting Dilakukan
- Dari Pabrik ke Ruang Bermain: Bagaimana Prinsip 5R dan Montessori Berjalan Beriringan
- Panduan Lengkap Pelatihan APICS CLTD di Indonesia
- Panduan Lengkap Pelatihan APICS CSCP di Indonesia
- Transformasi Lean Berbasis ROI di Masa Krisis: Kisah Sukses PQM Consultants di PT Kerry Ingredients Indonesia