“Para penumpang di dalam pesawat maskapai United Airlines dari San Fransisco menuju Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat (AS), harus berhadapan dengan insiden horor. Sebab, salah satu penutup mesin pesawat lepas saat tengah mengudara di atas Samudera Pasifik. Pesawat United Airlines dengan nomor penerbangan 1175 itu berhasil mendarat tanpa insiden berarti di Bandara Internasional Honolulu” demikian bunyi dari salah satu berita online belakangan ini yang cukup menjadi sorotan banyak pihak.
Melalui penggalan berita di atas saya tidak ingin membahas tentang insiden tersebut, tapi saya ingin mengajak anda semua untuk membayangkan bila penutup mesin pesawat tersebut kita ibaratkan sebagai mesin produksi atau mesin pendukung aktivitas kita sehari-hari.
Mari kita resapi beberapa pertanyaan yang akhirnya muncul dari analogi tadi.
- Apa yang ada dibenak Anda jika kasus tersebut terjadi di tempat Anda??
- Apakah hal tersebut terjadi begitu saja??
- Atau ada sesuatu yang terlewat dalam prosesnya??
- Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut?
- Apa dampaknya jika itu terjadi?
- Lebih jauh, apakah hanya internal perusahaan yang mengalami kerugian? Atau juga bisa berdampak pada pelanggan?
Dari kejadian terlepasnya penutup mesin pesawat di atas, diketahui bahwa hal tersebut terjadi akibat kelalaian ketika melakukan perawatan mesin. Dapat kita bayangkan bahwa hal tersebut dapat merusak reputasi maskapai penerbangan bahkan membahayakan nyawa penumpang.
Perawatan mesin tidak hanya berbicara mesin beroperasi atau tidak, lebih dari itu, perawatan mesin menuntut kepekaan seseorang untuk melihat sebelum mesin tersebut tidak dapat beroperasi atau terjadi sesuatu.
Perawatan mesin yang tidak benar/ tidak dilakukan menjadi salah satu aspek terbesar terjadinya sebuah kerusakan di mesin-mesin kita. Sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang (baik standar, cara, metode, serta jadwal) seringkali masih mengalami kendala pada saat eksekusinya. Perusahaan lebih memikirkan perawatan ketika sudah terjadi sebuah kerusakan atau masalah, tetapi kontrol perawatan sebelum terjadi kerusakan sering luput dari pengawasan perusahaan. Sudahkah kegiatan perawatan diawasi maupun dikontrol dengan benar? Apakah hanya departemen produksi dan perawatan sajakah yang terlibat?

TPM (Total Productive Maintenance) merupakan suatu best practice yang banyak diterapkan perusahaan untuk menjawab pertanyaan serta permasalahan di atas. Namun yang sering terjadi adalah sebagian besar anggota organisasi menaggap TPM hanya sebagi alat bantu, padahal TPM lebih dari sekedar best practice. Jika diterapkan dengan tepat, TPM mampu menjawab pertanyaan serta masalah di atas, karena sejatinya.
- TPM adalah tentang perubahan mindset,
- TPM adalah tentang budaya,
- TPM adalah tentang komitmen,
- TPM adalah tentang konsistensi,
- TPM adalah tentang keterlibatan semua pihak.
Jika Anda menyadari bahwa kerusakan mesin, keterlambatan produksi, atau bahkan insiden yang lebih serius bisa dicegah dengan pola perawatan yang lebih sistematis dan partisipatif, maka saatnya organisasi Anda mulai membangun budaya Total Productive Maintenance (TPM) secara menyeluruh. PQM Consultants, sebagai konsultan implementasi TPM berpengalaman, siap membantu perusahaan Anda membangun sistem perawatan yang bukan hanya reaktif, tapi preventif dan berkelanjutan—melibatkan seluruh lini organisasi, dari operator hingga manajemen puncak.
📞 Hubungi kami sekarang dan mulai transformasi TPM di perusahaan Anda. Jangan tunggu sampai ‘penutup mesin lepas’ baru menyadarkan Anda. Klik di Sini.