Kapan terakhir kali Anda menulis surat lengkap dengan perangko untuk dikirimkan ke sahabat pena? Bagi generasi yang lahir di era 90-an, mungkin pengalaman ini bahkan belum pernah dirasakan.
Kini, era surat menyurat sudah lama bergeser. Dari SMS, berlanjut ke aplikasi chatting seperti WhatsApp, Telegram, hingga komunikasi via email. Semua serba instan, real-time, lebih hemat biaya, dan tentu saja lebih interaktif.
Di dunia ini penuh ketidakpastian, yang pasti terjadi hanyalah Perubahan. Baik disadari maupun tidak, setiap hari berganti, perubahan terjadi di dalam diri kita dan lingkungan sekitar secara alamiah. Kata kuncinya adalah menyikapi secara bijak dan positif setiap perubahan agar selalu lebih baik.
Hal tersebut juga mendasari Steve Jobs dalam mengembangkan Apple. Think Different ! Salah satu strategi yang dijalankannya agar Apple dapat berubah dari bukan sekedar berjualan komputer, tetapi fokus pada apa yang menjadi “company core value” dan menggugah segenap karyawan dengan pertanyaan : “Our customers want to know who is Apple and What is it that we stand for, Where do we fit in this world ?”.
Kunci jawaban yang didapatnya saat itu adalah Apple’s Core Value “We believe that people with passion can change the world for the better”. Bahkan untuk suatu desain, Steve Jobs harus men-challenge Team-nya hingga ribuan kali agar sampai pada keputusan desain produk tersebut dapat mengubah dunia menjadi lebih baik.
Sebagai bukti saat iMac diluncurkan pada tahun 1998, Apple menemukan titik baliknya sehingga pertumbuhan perusahaan naik berkali-lipat seiring dengan produk inovatifnya seperti iPod dan iPad yang mampu mengubah dunia dalam berbagai aspek.
Belajar dari Apple dan Steve Jobs, tantangan perubahan dapat disikapi dengan bijak dengan menanamkan kepada setiap karyawan untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai perusahaan dan selalu brusaha tiada henti dalam meujudkan cita-cita luhur perusahaan.
Lalu apa yang membuat sulit untuk berubah ? Saya analogikan sebuah gelas misalnya, Kita bisa membuatnya lebih punya nilai dan makna selain menjadi gelas, karena bisa menjadi vas, pot, alat musik, akuarium, bahkan lampu.
Karena pola pikir (mindset), definisi dan stereotip yang sudah terlanjur melekat pada sebuah benda dengan nama “gelas” maka Kita selalu memaknainya sekedar sebagai gelas. Dengan menghilangkan nama, definisi dan stereotip yang sudah terlanjur melekat itu, Kita dapat menemukan bahwa sebuah benda bisa menjadi benda yang lain.
Begitu juga saat kita memaknai bekerja dengan tidak sekedar bekerja “9 am to 5 pm”, tetapi kita bisa membuat pekerjaan lebih bermakna, dengan menjadi Agen Perubahan yang membangun dan mewujudkan cita-cita pribadi bersama perusahaan.
Salam Perubahan